Isi
dari ayat ini menerangkan tentang orang-orang Bani Isroil yang mengingkari
janji (tidak menjalankan apa yang diperintahkan Alloh) dengan Alloh.
Arti QS. Al-Baqoroh ayat 83
83.
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Isroil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian
kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling.
Seperti yang tertera pada terjemahan
ayat di atas bahwa Kami (Alloh beserta para malaikat) mengambil janji dari kaum
Bani Isroil dilarang untuk mempersekutukan Alloh, yakni hanya menyembah Alloh,
berbuat baik kepada orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
mengucapkan kata-kata yang baik kepada manusia, mendirikan sholat dan berzakat,
namun orang-orang Bani Isroil mengingkarinya, hanya sedikit orang saja yang
beriman (yang memenuhi janji dari Alloh), dan sikap yang ada pada mereka adalah
selalu berpaling.
Pada
bagian kajian ayat ini, saya menitik beratkan pada kalimat ” ..serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia,..”.
Ada suatu
kebijakan yang selalu diterapkan oleh seseorang dalam kehidupan. Dengan
kebijakan tersebut, tindakannya jarang gagal. Kebijakan itu adalah bahwa memuji
dengan sopan dan apa adanya itu akan bisa merebut hati orang lain. Siapa pun
orang itu, yang se-waro’ dan se-zuhud apa pun, tapi ketika mendapat
pujian maka hatinya akan luluh dan merasa sejuk. Dan yang perlu diperhatikan,
janganlah memuji dengan berlebihan.
Ketika duduk
bersama para ulama yang ketakwaan dan pemahaman terhadap agama sangat dalam,
dapat merasakan bahwa ketika mereka mendapatkan ucapan terima kasih dan pujian,
maka jiwa mereka akan luluh dan akan tampak jelas gurat-gurat kegembiraan di
wajahnya. Kata-kata yang lembut memiliki dampak yang sangat kuat di dalam hati.
Dan, manhaj yang benar dari
Rosululloh menyuruh kita untuk menempatkan manusia sesuai dengan posisinya,
dalam bentuk penghormatan. Kemampuan diri untuk membuat orang lain dan diri
sendiri bahagia dengan menciptakan komunikasi yang baik, merupakan karunia
Alloh yang besar.
Akhlak dan
beberapa sifat nabi Muhammad s.a.w.
{Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.}
(QS.
Ali ‘Imron : 159)
|
|
Penulis buku How To
Win Friend and Influence People___Dale Carnegie___ melihat bahwa salah satu
faktor untuk bisa merangkul hati orang lain adalah memuji dengan
sebanyak-banyaknya. Tapi pendapat demikian tidak sejalan dengan pendapat di atas. Untuk
merangkul hati orang lain seseorang harus memberiakan pujian sewajarnya dan
tidak berlebihan.
{Sesungguhnya Alloh telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu}
(QS. Ath-Tholaq : 3)
Ayat ini
menjelaskan bahwa seseorang tidak boleh memuji yang tidak-tidak, tidak boleh
terlalu kering, dan tidak boleh pula terlalu pelit memberikan pujian. Tapi
harus dilakukan secara bermoral, penuh etika yang tinggi, dan kejujuran
terhadap nilai-nilai kebaikan.
Siapapun bisa
saja bermuram durja di depan orang lain. Tapi resikonya, kita akan merugi
karena kehilangan mereka. Sementara, mereka tidak akan merugi sedikitpun karena
mereka akan mendapat orang lain yang lebih tawadhu,
yang tersenyum kepada mereka, yang lebih merendah di hadapan mereka :
{Dan, berendah dirilah kamu terhadap
orang-orang yang beriman}
(QS. Al-Hajr : 88)
Suatu hal yang
menjadi kebahagiaan adalah kemampuan menarik hati orang lain. Orang lain adalah
pihak yang akan memuji, mendoakan, mencintai, dan yang sensitif terhadap diri
kita. Orang lain adalah saksi-saksi Alloh di muka bumi.
Saya banyak
mengenal orang-orang yang pandai membaur dengan orang lain dari latar belakang
yang berbeda-beda. Mudah sekali hati orang itu tertarik pada mereka, dan
jiwanya luluh dihadapan mereka. Pandangan orang akan selalu tertuju padanya
dimanapun dia berada dan kemanapun pergi. Wajah mereka selalu ceria saat
bertemu dengan siapa saja. Hati mereka bersih, mulut mereka jauh dari kata-kata
kotor. Sungguh bahagia mereka, dan sungguh bahagia orang-orang yang terkena
imbas dari sikap mereka.
Sangat terbuka
pintu bagi siapa saja agar bisa diterima orang lain, yang tidak harus
membelinya dengan harta senilai harta Qarun, tidak dengan senilai kerajaan
Sulaiman, dan tidak pula dengan yang senilai khalifah Harun Ar-Rosyid. Siapa
pun bisa diterima orang lain, asalkan niatnya didasarkan pada ketulusan hati
kepada Alloh, karena kecintaan kepada orang lain agar menjadi baik, karena
kecintaan kepada Alloh dan Rosul-Nya, dan karena ketidaksukaannya untuk
memanjakan jiwa.
Memang, sifat
terpuji dan sikap yang baik itu melalahkan. Mengapa? Sebab sifat-sifat seperti
itu berkarakter mengangkat. Sebaliknya, sifat-sifat buruk dan tabiat yang
kasar, sangat mudah dilakukan oleh siapa saja yang mau. Sebab, memang
karakternya membawa turun. Logikanya, naik itu sulit dan turun itu mudah
sekali.
Suatu hal yang
membuat dicintai orang lain adalah motivasi dalam diri untuk mengembangkan
potensi yang ada, wujud perhatian kepada mereka, dan sikap selalu terbuka menerima
mereka, ini merupakan manhaj Qur ani:
{Dan,janganlah kamu mengusir orang-orang yang
menyeru Robb-nya di pagi hari dan disenja hari.}
(QS. Al-An’am : 52)
{Dan, bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyru Rabb-nya dipagi hari dan di senja hari.}
(QS. Al-Ahzab : 28)
{Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling.
Karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin
membersihkan dirinya (dari dosa).}
(QS. Abasa : 1-3)
Disebutkan
dalam sirah Rosululloh bahwa yang membuat Jabal ibn al-Ayham berpaling dari
Islam adalah karena ia merasa diremehkan posisinya dan tidak mendapatkan perhatian
sebagaimana yang dia harapkan.
Thaha Husein
menyebutkan dalam bukunya Al-Ayyaam
bahwa seorang syaikh dari Universitas Al-Azhar pernah mengujinya pada saat
ujian penerimaan masuk. Kata syaikh itu kepadanya, ”Orang buta, bacalah surat
Al-Kahfi!” Kata-kata itu terus terngiang di telinganya, mengganggunya, dan
menyinggung harga dirinya. Karena kasus itu, ia pun memaki-maki Al-Azhar dengan
penuh dendam dan kebencian. Dan, saat itu pula ia langsung angkat kaki dari
universitas itu untuk selama-lamanya.
Siapa orangnya
yang secara naif menjatuhkan harga dirinya dan tidak menjaganya? Siapa orangnya
yang melihat bahwa dirinya tidak berharga dan tidak ada sesuatu yang perlu
diucapkan? Tak seorang pun, jawabnya. Semua orang mencintai dirinya, semua
orang akan mengangkat harga dirinya, dan semua orang akan mengatakan kepada
orang lain tentang kemampuannya.
Oleh sebab
itu, pujilah hal-hal baik dalam kehidupan orang lain, tanamkan kepada mereka
sifat-sifat kebaikan, dukung tindakan positif, dan tutup matamu rapat-rapat
terhadap keburukan dan kekurangan mereka.
Sejumlah
kalangan bijak mengatakan bahwa orang yang selalu mencari-cari aib orang lain
itu bagaikan alat yang hanya akan hinggap pada luka. Dan orang mulai terjangkit
kata ”akan tetapi”, sehingga setiap kali mengatakan tentang seseorang selalu
saja: ”Ada kebaikan dalam dirinya akan tetapi...” Perhatikan apa yang dikatakan
setelah ”akan tetepi” itu, yang pasti kritik, nada menyalahkan, dan pernyataan
yang menjatuhkan.
{Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi
pencela.}
(QS. Al-Humazah : 1)
{Yang banyak mencela, yang kian kemari
menghambur fitnah.}
(QS.Al-Qalam : 11)
(Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing
sebahagian yang lain.}
(QS. Al-Hujurat : 12)
Kebahagiaanku
dan kebahagianmu itu terletak dalam bagaimana membahagiakan orang lain,
bagaimana menciptakan kegembiraan pada hari mereka, dan bagaimana menetapkan
potensi, kemampuan, dan kebaikan mereka. Sejauh pengamatan saya, semakin kita
menghormati, memperhatikan dan mengakui kebaikan orang lain, maka akan semakin
besar pula penghormatan, perhatian, dan pengakuan mereka terhadap diri kita.
Sebaliknya,
semakin kita tak acuh dan berpaling dari mereka maka semakin pula mereka tak
acuh dan berpaling dari kita.
{Sebagai pembalasan yang setimpal.}
(QS. An-Naba : 26)