Kamis, 29 Agustus 2013

anak kecil dan jam tangan

Di tempat kosan baru saja di bangun sebuah masjid, tentu hal itu memudahkan saya untuk terus sholat di tempat tersebut meskipun tidak setiap waktu berjamaah di sana. masjid tersebut kepunyaan dari orang-orang persis, tapi saya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu meskipun ada beberapa hal yang berbeda,,, ya berbeda dalam hal sunnah... buakn fardhu...
setiap adzan berkumandang tak ayal telingaku mendengar suara adzan dari masjid yang sampai saat ini belum bernama (atau mungkin saya belum tahu)... tak pernah berubah suaranya kecuali dzuhur dan azhar. siapakah gerangan suaran yang polos, datar tapi suaranya sangat lembut? sepertinya anak kecil. ya ku temukan dia..

di lain waktu tepatnya saat isya akan tiba saya sengaja untuk datang 20 menit sebelum adzan berkumandang, ternyata belum ada siapa2. kurang lebih lima menit sebelum adzan terdengar gesekan langkah. dilihat ke belakang gak ada siapa2.. wahhhh ni siap..? biarkan saja paling angin...hihi saya beranikan untuk mengontrol ke belakang masjid,, ternyata anak kecil sang mu'adzin yang tahu waktu, saya liat dia tak henti-henti melihat jam tangan yang di pasang di tangan kirinya,,, ternyata dia sedang melihat jam untuk siap adzan,,, luar biasa bukan,,,

  

Rabu, 28 Agustus 2013

no MERENDAHKAN KEDUDUKAN SESEORANG

Isi dari ayat ini menerangkan tentang orang-orang Bani Isroil yang mengingkari janji (tidak menjalankan apa yang diperintahkan Alloh) dengan Alloh.

Arti QS. Al-Baqoroh ayat 83

83. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Isroil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
Seperti yang tertera pada terjemahan ayat di atas bahwa Kami (Alloh beserta para malaikat) mengambil janji dari kaum Bani Isroil dilarang untuk mempersekutukan Alloh, yakni hanya menyembah Alloh, berbuat baik kepada orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, mengucapkan kata-kata yang baik kepada manusia, mendirikan sholat dan berzakat, namun orang-orang Bani Isroil mengingkarinya, hanya sedikit orang saja yang beriman (yang memenuhi janji dari Alloh), dan sikap yang ada pada mereka adalah selalu berpaling.
Pada bagian kajian ayat ini, saya menitik beratkan pada  kalimat ” ..serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,..”.
Ada suatu kebijakan yang selalu diterapkan oleh seseorang dalam kehidupan. Dengan kebijakan tersebut, tindakannya jarang gagal. Kebijakan itu adalah bahwa memuji dengan sopan dan apa adanya itu akan bisa merebut hati orang lain. Siapa pun orang itu, yang se-waro’ dan se-zuhud apa pun, tapi ketika mendapat pujian maka hatinya akan luluh dan merasa sejuk. Dan yang perlu diperhatikan, janganlah memuji dengan berlebihan.
Ketika duduk bersama para ulama yang ketakwaan dan pemahaman terhadap agama sangat dalam, dapat merasakan bahwa ketika mereka mendapatkan ucapan terima kasih dan pujian, maka jiwa mereka akan luluh dan akan tampak jelas gurat-gurat kegembiraan di wajahnya. Kata-kata yang lembut memiliki dampak yang sangat kuat di dalam hati. Dan, manhaj yang benar dari Rosululloh menyuruh kita untuk menempatkan manusia sesuai dengan posisinya, dalam bentuk penghormatan. Kemampuan diri untuk membuat orang lain dan diri sendiri bahagia dengan menciptakan komunikasi yang baik, merupakan karunia Alloh yang besar.
Akhlak dan beberapa sifat nabi Muhammad s.a.w.

{Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.}
(QS. Ali ‘Imron : 159)

Penulis buku How To Win Friend and Influence People___Dale Carnegie___ melihat bahwa salah satu faktor untuk bisa merangkul hati orang lain adalah memuji dengan sebanyak-banyaknya. Tapi pendapat demikian tidak sejalan dengan pendapat di atas. Untuk merangkul hati orang lain seseorang harus memberiakan pujian sewajarnya dan tidak berlebihan.
{Sesungguhnya Alloh telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu}
(QS. Ath-Tholaq : 3)

Ayat ini menjelaskan bahwa seseorang tidak boleh memuji yang tidak-tidak, tidak boleh terlalu kering, dan tidak boleh pula terlalu pelit memberikan pujian. Tapi harus dilakukan secara bermoral, penuh etika yang tinggi, dan kejujuran terhadap nilai-nilai kebaikan.
Siapapun bisa saja bermuram durja di depan orang lain. Tapi resikonya, kita akan merugi karena kehilangan mereka. Sementara, mereka tidak akan merugi sedikitpun karena mereka akan mendapat orang lain yang lebih tawadhu, yang tersenyum kepada mereka, yang lebih merendah di hadapan mereka :
{Dan, berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman}
(QS. Al-Hajr : 88)
Suatu hal yang menjadi kebahagiaan adalah kemampuan menarik hati orang lain. Orang lain adalah pihak yang akan memuji, mendoakan, mencintai, dan yang sensitif terhadap diri kita. Orang lain adalah saksi-saksi Alloh di muka bumi.
Saya banyak mengenal orang-orang yang pandai membaur dengan orang lain dari latar belakang yang berbeda-beda. Mudah sekali hati orang itu tertarik pada mereka, dan jiwanya luluh dihadapan mereka. Pandangan orang akan selalu tertuju padanya dimanapun dia berada dan kemanapun pergi. Wajah mereka selalu ceria saat bertemu dengan siapa saja. Hati mereka bersih, mulut mereka jauh dari kata-kata kotor. Sungguh bahagia mereka, dan sungguh bahagia orang-orang yang terkena imbas dari sikap mereka.
Sangat terbuka pintu bagi siapa saja agar bisa diterima orang lain, yang tidak harus membelinya dengan harta senilai harta Qarun, tidak dengan senilai kerajaan Sulaiman, dan tidak pula dengan yang senilai khalifah Harun Ar-Rosyid. Siapa pun bisa diterima orang lain, asalkan niatnya didasarkan pada ketulusan hati kepada Alloh, karena kecintaan kepada orang lain agar menjadi baik, karena kecintaan kepada Alloh dan Rosul-Nya, dan karena ketidaksukaannya untuk memanjakan jiwa.
Memang, sifat terpuji dan sikap yang baik itu melalahkan. Mengapa? Sebab sifat-sifat seperti itu berkarakter mengangkat. Sebaliknya, sifat-sifat buruk dan tabiat yang kasar, sangat mudah dilakukan oleh siapa saja yang mau. Sebab, memang karakternya membawa turun. Logikanya, naik itu sulit dan turun itu mudah sekali.
Suatu hal yang membuat dicintai orang lain adalah motivasi dalam diri untuk mengembangkan potensi yang ada, wujud perhatian kepada mereka, dan sikap selalu terbuka menerima mereka, ini merupakan manhaj Qur ani:
{Dan,janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Robb-nya di pagi hari dan disenja hari.}
(QS. Al-An’am : 52)
{Dan, bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyru Rabb-nya dipagi hari dan di senja hari.}
(QS. Al-Ahzab : 28)
{Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).}
(QS. Abasa : 1-3)
Disebutkan dalam sirah Rosululloh bahwa yang membuat Jabal ibn al-Ayham berpaling dari Islam adalah karena ia merasa diremehkan posisinya dan tidak mendapatkan perhatian sebagaimana yang dia harapkan.
Thaha Husein menyebutkan dalam bukunya Al-Ayyaam bahwa seorang syaikh dari Universitas Al-Azhar pernah mengujinya pada saat ujian penerimaan masuk. Kata syaikh itu kepadanya, ”Orang buta, bacalah surat Al-Kahfi!” Kata-kata itu terus terngiang di telinganya, mengganggunya, dan menyinggung harga dirinya. Karena kasus itu, ia pun memaki-maki Al-Azhar dengan penuh dendam dan kebencian. Dan, saat itu pula ia langsung angkat kaki dari universitas itu untuk selama-lamanya.
Siapa orangnya yang secara naif menjatuhkan harga dirinya dan tidak menjaganya? Siapa orangnya yang melihat bahwa dirinya tidak berharga dan tidak ada sesuatu yang perlu diucapkan? Tak seorang pun, jawabnya. Semua orang mencintai dirinya, semua orang akan mengangkat harga dirinya, dan semua orang akan mengatakan kepada orang lain tentang kemampuannya.
Oleh sebab itu, pujilah hal-hal baik dalam kehidupan orang lain, tanamkan kepada mereka sifat-sifat kebaikan, dukung tindakan positif, dan tutup matamu rapat-rapat terhadap keburukan dan kekurangan mereka.
Sejumlah kalangan bijak mengatakan bahwa orang yang selalu mencari-cari aib orang lain itu bagaikan alat yang hanya akan hinggap pada luka. Dan orang mulai terjangkit kata ”akan tetapi”, sehingga setiap kali mengatakan tentang seseorang selalu saja: ”Ada kebaikan dalam dirinya akan tetapi...” Perhatikan apa yang dikatakan setelah ”akan tetepi” itu, yang pasti kritik, nada menyalahkan, dan pernyataan yang menjatuhkan.
{Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.}
(QS. Al-Humazah : 1)
{Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.}
(QS.Al-Qalam : 11)
(Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.}
(QS. Al-Hujurat : 12)
Kebahagiaanku dan kebahagianmu itu terletak dalam bagaimana membahagiakan orang lain, bagaimana menciptakan kegembiraan pada hari mereka, dan bagaimana menetapkan potensi, kemampuan, dan kebaikan mereka. Sejauh pengamatan saya, semakin kita menghormati, memperhatikan dan mengakui kebaikan orang lain, maka akan semakin besar pula penghormatan, perhatian, dan pengakuan mereka terhadap diri kita.
Sebaliknya, semakin kita tak acuh dan berpaling dari mereka maka semakin pula mereka tak acuh dan berpaling dari kita.
{Sebagai pembalasan yang setimpal.}
(QS. An-Naba : 26)